Minggu, 16 Februari 2014

ISLAM SANGAT MENGHORMATI ANTAR UMAT BERAGAMA



Dini hari itu Ali bin ABi Thalib bergegas bangununtuk mengerjakan shalat Subuh berjamaah dimasjid bersama Rasulullah. Rasulullah tentulahsudah berada di sana. Rasanya, hampir tidakpernah Rasulullah keduluan orang lain dalamberbuat kebaikan. Tidak ada y
ang istimewa karenamemang itulah aktivitas yang sempurna untukmemulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali binAbi Thalib sudah sangat terbiasa.Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin, danjalanan masih pula diselimuti kabut pagi yangturun bersama embun. Ali melangkahkan kakinyamenuju masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudahterdengar suara Bilal memanggil-manggil denganadzannya yang berkumandang merdu ke segenappenjuru Kota Madinah.Namun belumlah begitu banyak melangkah, dijalan menuju masjid, di hadapannya ada sesosokorang. Ali mengenalinya sebagai seorang kakektua yang beragama Yahudi. Kakek tua itumelangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itumungkin karena usianya yang telah lanjut.Tampak sekali ia sangat berhati-hati menyusurijalan.Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingintertinggal mengerjakan shalat tahyatul masjid danqabliyah Subuh sebelum melaksanakan shalatSubuh berjamaah bersama Rasulullah dan parasahabat lainnya.Ali paham benar bahwa Rasulullah mengajarkansupaya setiap umat muslim menghormati orangtua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka,Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu.Tapi apa daya, si kakek berjalan amat lamban,dan karena itu pulalah langkah Ali jadi melambat.Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hatiuntuk mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalaukakek Yahudi itu terjatuh atau kena celaka.Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktumendekati masjid, langit sudah mulai terang.Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewatimasjid.Ketika memasuki masjid, Ali menyangka shalatSubuh berjamaah sudah usai. Ia bergegas. Aliterkejut sekaligus gembira, Rasulullah dan parasahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua.Berarti Ali masih punya kesempatan untukmemperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisamenjalankan rukuk bersama, berarti ia masihmendapat satu rakaat shalat berjamaah.Sesudah Rasulullah mengakhiri shalatnya dengansalam, Umar bin Khattab memberanikan diri untukbertanya. “Wahai Rasulullah, mengapa hari inishalat Subuhmu tidak seperti biasanya? Adaapakah gerangan?”Rasulullah balik bertanya, “Kenapakah, ya Umar?Apa yang berbeda?”“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanyaengaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidaksepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuklama sekali. Kenapa?”Rasulullah menjawab, “Aku juga tidak tahu.Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalamrakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba sajaturun lalu menekan punggungku sehingga akutidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsunglama, seperti yang kau ketahui juga.”Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuatseperti itu, ya Rasulullah?”Nabi berkata, “Aku juga belum tahu. Jibril belummenceritakannya kepadaku.”Dengan perkenaan Allah, beberapa waktukemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkatakepada Nabi saw., “Muhammad, aku tadidiperintahkan oleh Allah untuk menekanpunggunmu dalam rakaat yang kedua. Sengajaagar Ali mendapatkan kesempatan shalatberjamaah denganmu, karena Allah sangat sukakepadanya bahwa ia telah menjalani ajaranagamaNya secara bertanggung jawab. Alimenghormati seorang kakek tua Yahudi. Daripegnhormatannya itu sampai ia terpaksa berjalanpelan sekali karena kakek itupun berjalan pelanpula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pastiAli akan terlambat dan tidak akan memperolehpeluang untuk mengerjakan shalat Subuhberjamaah denganmu hari ini.”Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kiniRasulullah. Beliau sangat menyukai perbuatan Alikarena apa yang dilakukannya itu tentunyamenunjukkan betapa tinggi penghormatan umatIslam kepada orang lain. Satu hal lagi, Ali tidakpernah ingin bersengaja terlambat ataumeninggalkan amalan shalat berjamaah.Rasulullah menjelaskan kabar itu kepada parasahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar