Jumat, 14 Februari 2014

SIKAP KEPADA SESAMA MUSLIM SAAT TERKENA MUSIBAH


Pokok Bahasan     :  TASAWUF
Judul                    :  Sikap Kepada Sesama Muslim yang Mengalami Kesusahan
Nara Sumber        :  Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hendaknya kamu mengucapkan belasungkawa/dukacita kepada orang yang tertimpa musibah. Hadist Riwayat Ibnu Mas’ud:  “Siapa orang yang mengucapkan belasungkawa (mendorong orang untuk bersabar), maka Allah akan memberikan pahala yang sama besarnya dengan orang yang tertimpa musibah.”
Ber-ta’jiah kepada sesama muslim hendaklah dapat mendorong orang yang tertimpa musibah untuk dapat bersabar, memberikan peringatan kepada orang yang tidak dapat bersabar dan mendoakan orang yang tertimpa musibah dan keluarganya. Apabila ber-ta’jiah kepada orang kafir hendaklah jangan mengucapkan doa: “Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya”, karena Allah tidak akan mengampuni dosa karena ke-kufur-annya.
Ucapan belasungkawa hendaknya diucapkan sebelum 3 hari, karena setelah 3 hari dikhawatirkan akan membangkitkan kesedihannya kembali. Ucapan belasungkawa makruh diucapkan setelah 3 hari, terkecuali kita tidak ada di tempat saat musibah terjadi.
Hati-hati kamu merasa senang/gembira atas musibah yang menimpa saudaramu yang muslim. Hadist Nabi: “Jangan kamu menampakkan kesenangan dihadapan saudara kamu yang terkena musibah, maka Allah akan selamatkan orang yang terkena musibah dan Allah akan timpakan musibah yang sama atas kamu karena kesenangan kamu itu.”
Jangan kamu mencerca/menghina seorang muslim karena dosa yang telah ia perbuat, bila itu kamu lakukan maka Allah tidak akan mencabut nyawa orang yang kamu cerca/hina sampai Allah timpakan dosa yang sama kepada kamu.
Hendaklah kamu melapangkan/menghilangkan kesusahan/kesedihan orang yang mendapat musibah dan kita penuhi/tunaikan hajat-hajat orang muslim yang membutuhkan sesuai dengan kemampuan dan keiklasan kita. Hadist Nabi: “Siapa orang yang memutuskan hajat orang yang butuh atasnya, maka Allah akan putuskan hajatnya di akhirat”. Sehingga tidak ada bagian baginya di Syurga.  Hadist Nabi: “Siapa orang yang memberikan kemudahan kepada orang muslim yang mengalami kesusahan, niscaya Allah akan memberikan kemudahan lagi baginya.”
Jangan kamu membuka aib orang muslim. Siapapun orangnya termasuk aulia tidak ma’sum dari perbuatan dosa, terutama lagi bila yang berbuat dosa adalah termasuk zuriyah (keturunan Rasullah/habaib). Mata boleh melihat tetapi mulut tetap tertutup. Ada seseorang menceritakan kepada seorang ulama tentang tingkah laku yang tidak baik yang dilakukan oleh seorang habaib. Ulama tersebut berkata: “Bila kamu sanggup untuk menasehatinya maka nasehati ia, bila kamu tidak sanggup maka hendaknya kamu diam.” Hadist Nabi: “Siapa orang yang menutupi aib saudaranya yang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya baik di dunia maupun di akhirat.”
Syaidina Umar RA. saat menjadi Amirul Mu’minin, tiap malam ia berkeliling ke luar rumah untuk melihat keadaan rakyatnya, apakah ada yang sedang mengalami kesusuahan. Pada saat melihat dan mengintai, dia mendapati seorang tua yang sedang meminum khomer di dalam rumahnya. Melihat hal tersebut Syaidina Umar masuk ke rumah orang tua tersebut melalui atap rumah. Dihadapan Syaidina Umar RA. orang tua tersebut berkata: “Aku telah berbuat 1 maksiat kepada Allah yaitu meminum khomer, tetapi engkau hai Amirul Mu’minin telah melakukan 3 kesalahan yaitu:
1.    Kamu telah melakukan taja’sus (mengintai) untuk mencari kesalahan orang lain, padahal Allah melarang perbuatan tersebut.
2.    Allah memerintahkan agar mendatangi rumah dari pintu masing-masing, sedangkan kamu datang melalui atap rumah.
3.    Dan Allah memerintahkan: “Jangan kamu masuk ke rumah orang tanpa izin dan mengucapkan salam.”
Mendengar ucapan orang tua tersebut, Syaidina Umar berkata: “Celakalah aku bila Allah tidak mengampuni dosaku, sedangkan orang tua ini berbuat dosa secara sembunyi-sembunyi.”
“Siapa orang yang menyelidiki keaiban saudaranya yang muslim, maka Allah akan menyelidiki lagi keaibannya dan membuka keaibannya dirumah tangganya sendiri.” (Hadist Nabi).
Hadist Nabi: “Siapa orang yang menghilangkan kesusahan orang muslim, maka Allah akan menghilangkan kesusahannya di akhirat kelak.”
Hadist Nabi: “Siapa orang yang menunaikan hajat saudaranya yang muslim, maka Allah akan memenuhi hajatnya pula.” Allah akan memenuhi hajat seseorang selama ia mau memenuhi hajat saudaranya yang muslim.
Hendakalah kamu menyingkirkan gangguan (duri/batang pohon) di tempat jalannya orang muslim, karena itu termasuk bagian dari cabang iman. Hadist Nabi: “Aku melihat seorang laki-laki yang sedang bolak-balik di Syurga disebabkan ia menyingkirkan duri/ranting dari jalanan yang dilalui oleh orang muslim.”
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Afwan Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di maklum, terima kasih. 
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar