Pokok
Bahasan : TASAWUF
Judul : Sikap Kepada Sesama Muslim yang Mengalami
Kesusahan
Nara
Sumber : Al
Ustdz. Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hendaknya
kamu mengucapkan belasungkawa/dukacita kepada orang yang tertimpa musibah. Hadist
Riwayat Ibnu Mas’ud: “Siapa orang
yang mengucapkan belasungkawa (mendorong orang untuk bersabar), maka Allah akan
memberikan pahala yang sama besarnya dengan orang yang tertimpa musibah.”
Ber-ta’jiah
kepada sesama muslim hendaklah dapat mendorong orang yang tertimpa musibah
untuk dapat bersabar, memberikan peringatan kepada orang yang tidak dapat
bersabar dan mendoakan orang yang tertimpa musibah dan keluarganya. Apabila
ber-ta’jiah kepada orang kafir hendaklah jangan mengucapkan doa: “Semoga Allah
mengampuni dosa-dosanya”, karena Allah tidak akan mengampuni dosa karena
ke-kufur-annya.
Ucapan
belasungkawa hendaknya diucapkan sebelum 3 hari, karena setelah 3 hari
dikhawatirkan akan membangkitkan kesedihannya kembali. Ucapan belasungkawa makruh
diucapkan setelah 3 hari, terkecuali kita tidak ada di tempat saat musibah
terjadi.
Hati-hati
kamu merasa senang/gembira atas musibah yang menimpa saudaramu yang muslim. Hadist
Nabi: “Jangan kamu menampakkan kesenangan dihadapan saudara kamu yang
terkena musibah, maka Allah akan selamatkan orang yang terkena musibah dan
Allah akan timpakan musibah yang sama atas kamu karena kesenangan kamu itu.”
Jangan
kamu mencerca/menghina seorang muslim karena dosa yang telah ia perbuat, bila
itu kamu lakukan maka Allah tidak akan mencabut nyawa orang yang kamu
cerca/hina sampai Allah timpakan dosa yang sama kepada kamu.
Hendaklah
kamu melapangkan/menghilangkan kesusahan/kesedihan orang yang mendapat musibah
dan kita penuhi/tunaikan hajat-hajat orang muslim yang membutuhkan sesuai
dengan kemampuan dan keiklasan kita. Hadist Nabi: “Siapa orang yang
memutuskan hajat orang yang butuh atasnya, maka Allah akan putuskan hajatnya di
akhirat”. Sehingga tidak ada bagian baginya di Syurga. Hadist Nabi: “Siapa orang yang memberikan
kemudahan kepada orang muslim yang mengalami kesusahan, niscaya Allah akan
memberikan kemudahan lagi baginya.”
Jangan
kamu membuka aib orang muslim. Siapapun orangnya termasuk aulia tidak ma’sum
dari perbuatan dosa, terutama lagi bila yang berbuat dosa adalah termasuk
zuriyah (keturunan Rasullah/habaib). Mata boleh melihat tetapi mulut tetap
tertutup. Ada seseorang menceritakan kepada seorang ulama tentang tingkah laku
yang tidak baik yang dilakukan oleh seorang habaib. Ulama tersebut berkata: “Bila
kamu sanggup untuk menasehatinya maka nasehati ia, bila kamu tidak sanggup maka
hendaknya kamu diam.” Hadist Nabi: “Siapa orang yang menutupi aib
saudaranya yang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya baik di dunia maupun di
akhirat.”
Syaidina
Umar RA. saat menjadi Amirul Mu’minin, tiap malam ia berkeliling ke luar rumah
untuk melihat keadaan rakyatnya, apakah ada yang sedang mengalami kesusuahan.
Pada saat melihat dan mengintai, dia mendapati seorang tua yang sedang meminum
khomer di dalam rumahnya. Melihat hal tersebut Syaidina Umar masuk ke rumah
orang tua tersebut melalui atap rumah. Dihadapan Syaidina Umar RA. orang tua
tersebut berkata: “Aku telah berbuat 1 maksiat kepada Allah yaitu meminum
khomer, tetapi engkau hai Amirul Mu’minin telah melakukan 3 kesalahan yaitu:
1. Kamu
telah melakukan taja’sus (mengintai) untuk mencari kesalahan orang lain,
padahal Allah melarang perbuatan tersebut.
2. Allah
memerintahkan agar mendatangi rumah dari pintu masing-masing, sedangkan kamu
datang melalui atap rumah.
3. Dan
Allah memerintahkan: “Jangan kamu masuk ke rumah orang tanpa izin dan
mengucapkan salam.”
Mendengar
ucapan orang tua tersebut, Syaidina Umar berkata: “Celakalah aku bila Allah
tidak mengampuni dosaku, sedangkan orang tua ini berbuat dosa secara sembunyi-sembunyi.”
“Siapa
orang yang menyelidiki keaiban saudaranya yang muslim, maka Allah akan
menyelidiki lagi keaibannya dan membuka keaibannya dirumah tangganya sendiri.” (Hadist
Nabi).
Hadist
Nabi:
“Siapa orang yang menghilangkan kesusahan orang muslim, maka Allah akan
menghilangkan kesusahannya di akhirat kelak.”
Hadist
Nabi:
“Siapa orang yang menunaikan hajat saudaranya yang muslim, maka Allah akan
memenuhi hajatnya pula.” Allah akan memenuhi hajat seseorang selama ia mau
memenuhi hajat saudaranya yang muslim.
Hendakalah
kamu menyingkirkan gangguan (duri/batang pohon) di tempat jalannya orang
muslim, karena itu termasuk bagian dari cabang iman. Hadist Nabi: “Aku
melihat seorang laki-laki yang sedang bolak-balik di Syurga disebabkan ia
menyingkirkan duri/ranting dari jalanan yang dilalui oleh orang muslim.”
CATATAN:
Ini saja yang dapat al-faqir rangkum
dari isi penjelasan ta’lim yang begitu luas yang disampaikan oleh Al Ustdz. Al
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf. Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat dan
menjadi motivasi dalam menuntut ilmu.
Afwan
Al-faqir tidak mencantumkan nama kitab dan pengarang dalam setiap rangkuman
yang al-faqir kirimkan, karena ada permintaan dari Al Ustdz untuk tidak
mencantumkannya. Karena disamping mengunakan kitab utama, beliau juga
mengunakan kitab-kitab lain sebagai referensi untuk memperjelas dalam
menerangkan permasalahan yang ada dalam kitab utama yang dibaca, harap dapat di
maklum, terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar